Responsive Banner design

MENGENAL AJARAN SANG BUDHA




Rasanya penting kita mengulas terlebih dahulu siapa sebenarnya Sang Budha, sebelum kita mempelajari ajaran budha itu seperti apa.  Sebab mau tidak mau, di akui atau tidak, adanya agama Budha itu tidak akan pernah lepas dari sang Budha itu sendiri. Menurut catatan sejarah Tiongkok pangeran Siddharta Gautama dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini, saat Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sal. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.
Hal pertama yang harus dipelajari jika ingin mengenali ajaran Budha adalah memahami apa yang disebut Budha, dharma, Budharma, dan ajaran Budha. Dari hal-hal tersebut kita akan semakin mudah memahami ajaran budha itu seperti apa. Sebenarnya kata Budha itu berasal dari bahasa sansakerta yang artinya adalah prajna dan kesadaran. Dulu kata Budha tidak diterjemahkan ini dikarenakan makna yang terkandung didalamnya mengandung arti yang sangat dalam dan luas pengertiannya.
Ajaran Budha    
            Ajaran Budha adalah suatu metode pendidikan dari Hyang Budha, sang maha bijaksana nan sempurna. Ajaran ini membahas tentang waktu: mengupas adanya waktu pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Ajaran ini juga membahas dari ruang-ruang yang kecil sampai persoalan-persoalan yang rumit. Dari saking luasnya ajaran Budha sampai hal ini di kategorikan sama halnya dengan pendidikan, dan bukan hanya masalah religius semata. Ajaran ini mengajari semacam kebijaksanaan kepada ummat manusia. Ajaran ini beda dengan ajaran konfosius, kalau  ajaran konfosius mencakup suatu masa kelahiran saja, yaitu dari manusia lahir sampai manusia meninggal dunia. Sementara ajaran Budha mencakup pendidikan di tiga masa kelahiran: yaitu kelahiran masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
            Setelah kita mengetahui sedikit tentang ajaran budha marilah kita beralih pada organisasi-organisasi yang berada di dataran Tiongkok. Vihara adalah organisasi pendidikan yang mengkombinasikan unsur pendidikan dan kesenian. Pada saat ini orang-orang banyak membicarakan tentang kesenian padahal ajaran Budha hampir 3000 tahun lalu telah membahasnya dan menjadikannya suatu ajaran yang pokok di dalam Agama Budha. Struktur di dalam organisasi vihara sama dengan yang ada di sekolah modern. Bhiksu sebagai kepala sekolah dengan di bantu tiga wakil yang disebut pelaksana harian. Setelah organisasi selesai kita bahas maka apa sebenarnya target yang ingin di capai dari pendidikan ajaran Budha. Ini sangat penting bagi kita dalam rangka mempelajari agama Budha.
            Target pendidikan ajaran Budha yang paling utama adalah “ Anuttara Samyak-sambuddha” ungkapan ini di ambil dari bahasa sansakerta, dan sebagai penghormatan kata ini dulu tidak di terjemahkan. Anuttara Samyak-sambuddha adalah target akhir pendidikan ajaran Budha. Jika diterjemahkan artinya adalah kesadaran penuh yang tinggi. Tingkatan ini bisa ditempuh dalam tiga tahapan, yaitu: kesadaran penuh Samyak-sambuddhi, kesadaran penuh Samyak-sambuddha, dan yang terahir barulah  kesadaran penuh anuttara samyak-sambuddha.
            Baghava menjelaskan, ada sebagian manusia mengerti akan kehidupan di alam semesta, namun ia hanya sekedar mengerti dan pengertian itu tidak sempurna. Contohnya adalah sebagian besar para ilmuan, para filsuf, dan para rohaniwan. Mereka mengerti sekali mengenai banyak hal di dunia ini, tapi belum mencapai kesadaran penuh. Kenapa? Sebab meskipun sadar, tapi kilesa dan kerisauan hati mereka belum lenyap. Mereka masih dihinggapi dosa, moha, dan lobha. Dan ke angkuhan. Masih ada perbedaan pendapat dan ke egoisan.
            Dari semua pendidikan pasti mempunyai tujuan yang ingin di capai begitu juga dengan pendidikan yang ada di dalam Agama Budha. Tujuan dari pendidikan ajaran Budha adalah melenyapkan ketakhayulan, sering juga disebut melenyapkan ketakhayulan hanyalah semata-mata ingin mendapat pencerahan, melenyapkan penderitaan dan menuju ke pantai bahagia. Takhayul muncul karena ketidak mengertian tentang diri dan nilai kehidupan. Sehingga sering terjadi salah paham, maka kesalah pahaman tersebut akan mengakibatkan penderitaan.
            Tujuan selanjutnya adalah melenyapkan klisa dan keluar dari tumimbal lahir. Kebaikan yang sungguh tak terbayangkan, sehingga kita pun harus benar-benar memahaminya. Ajaran Budha adalah pendidikan, sungguh dapat mengangkat akhlak kita sampai paling tinggi, dari hasil pendidikan ini bisa mencapai kebahagiaan sejati dan abadi. 

YOGYA Sedang Sakit



Prostitusi kembali merebak kota ini (Yogyakata) dan itu bersamaan dengan berbagai masalah yang telah melanda kota ini, baik masalah keamanan yang masih dalam tanda tanya atau masalah Merapi yang membuat geger masyarakat sleman dan sekitarnya. Dari berbagai masalah yang belum teratasi di kota ini prostitusi kembali menjelma dan membuat masyarakat jogja kembali menepuk dada. Sebenarnya ada apa dengan Yogjakarta yang tentram ini? Munkin pertanyaan ini pantas kita lontarkan kepada seluruh masyarakat Yogja atau pun orang luar Yogja yang bermukim di sini.
    Kota ini seakan kehilangan jati dirinya belakangan ini. Kenapa saya harus bilang demikian sebab melihat permasalahan yang datang bertubi-tubi belakangan ini membuat kota ini gelisah. Dengan berbagai macam masalah seperti kasus cerai para PNS, pembacokan dan anak SMA yang melahirkan hasil hubungan di luar nikah dengan pacarnya serta menyimpan bayinya di dalam almarinya selama tiga hari. Itu sangat di sayangkan sekali karena kota ini telah rusak oleh tangan manusianya sendiri yang tinggal di kota ini, baik penduduk asli atau orang pendatang. Hal ini tidak bisa kita biarkan jika tidak mau berakibat fatal.
Dari permasalahan di atas itu hanya segelintir saja dan banyak permasalahan yang masih belum selesai di kota ini. Masalah yang satu belum selesai kini datang masalah yang lain. Beberapa hari belakangan ini kabar hangat di kota ini tentang Merapi yang mengeluarkan debu dan itu di jadikan momen yang sangat berharga oleh para penambang pasir di daerah tersebut. Masalahnya bukan tentang penambangan pasir tapi masalah penyakit yang telah melanda mesyarakat setempat yang terbilang aneh yaitu “Penyakit kelamin” kedengarannya sangat geli di telinga kita tentang penyakit tersebut, meskipun kepala desa daerah itu mengatakan kalau penyakit itu disebabkan oleh jamur. Namun itu sulit kita terima dengan akal sehat setelah kembali kita mendengar kabar, Ada “Truk Goyang” di Cangkringan. Di sinyalir dari kabar tersebut bukan sekedar bergoyang karena muatan yang terlalu banyak melainkan terselubungnya Prostitusi di dalamnya.
Penyakit kelamin itu berkembang menjadi Truk bergoyang kemudian berkembang menjadi apa lagi. semoga tidak berkembang menjadi Yogyakata Bergetar yang hal itu akan membuat lebih parah luka yang telah melanda kota paling istimewa ini. Bagaimana pun caranya kita harus mengembalikan kenyamana kota ini dan DIY tidak hanya sekedar nama atau kepanjangan dari daerah istimewa, namun gelar itu memang pantas di berikan kepada kota ini dan akan tetap istimewa bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.            

Yogyakarta krisis keamanan

Tempat tinggal yang nyaman telah menjadi tujuan semua orang di dunia ini, bukan

hanya manusia hewan pun demikian saya kira. Coba kita lihat bagaimana hewan pindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ketika tempat itu telah banyak di ketahui oleh

pemburu, begitu juga manusia mencari tempat paling nyaman untuk di tempati jika tanah

kelahiran tak membuat nyaman untuk tinggal dan menjalani hidup. Adalah Yogyakarta

belakangan ini menggaung kota ternyaman untuk ditinggali, baik untuk hidup atau pun untuk

belajar. Maka tidak salah kalau Yogyakarta mendapatkan gelar kota pelajar. Namun apakah

benar kota ini memang nyaman untuk kita tinggali. Sekilas mungkin orang-orang akan

mengatakan iya, dibandingkan dengan kota-kota metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya.

Tapi apakah semua itu bisa di pertanggung jawabkan ketika kita melihat realitas yang

sebenarnya di kota ini. Bukankah setelah tahun 2000an kota Yogyakarta ini sudah sakit dan

banyak kasus kriminal terjadi di kota ini dan kita tidak tahu kejelasan kasus tersebut.

Kita awali dari kasus premanisme yang belakangan sudah mereda kabar di media

massa dan baliho-baliho. Benarkah premanisme sudah angkat kaki dari kota pelajar ini?

Jika benar kenapa masih sering terjadi kerusuhan, pembunuhan, penembakan misterius dan

yang paling baru sekarang adalah penyerangan terhadap PT. Jogja Tugu Trans (JTT) di jalan

Wonosari, Banguntapan Bantul. Yang sampai saat ini masih belum jelas pelakunya, dan

karena apa motif penyerangan tersebut.

Dari permasalahan-permasalahan di atas apakah masih pantas kota ini di katakan kota

paling nyaman untuk di tinggali. Hal ini perlu kita kaji ulang dan menjadi koreksi bersama

baik masyarakat setempat atau Wali kota sendiri. Bukan apa-apa hanya demi kenyamanan

dan ketentraman kota Yogyakarta yang selama ini mendapat predikat kota paling nyaman

untuk di tempati, baik untuk belajar mau pun melanjutkan karier.

SAJAK-SAJAK A.S NOERUL ANAM



Heranisti (I)

Kita tak pernah membuat janji apalagi membuatnya inkar
Cuma pertemuan selalu membuat kita candu
Melayari dunia, dunia kecil yang kita sama-sama tak mengerti
Tentang gelombang yang membuat asin segara

Semua berjalan seperti sebuah takdir yang tak diharapkan
Menjumpai setiap detak jantung di berbagai pelabuhan

Kenapa ombak harus menyimpan janji pada pantai
Padahal batu-batu mengeras pada denyar senyummu

Aku tidak mau mengerus darah yang sudah lama mengental
Demi sekuntum bunga yang mekar sebentar

Biarlah aku menjadi laut yang menyimpan ikan-ikan
Dan menawarkan hidup bagi nelayan

ponduk, 2013

Heranisti (II)

Adalah waktu yang membuat resah pertemuan
Membuat ruang terlempar jauh ke masa silam
Tanpa jembatan dan segenggam alasan

Tidak ada niat aku menggantungmu
Menjadi miniatur hari esok
Cuma hembusan angin begitu cepat
Merapatkan luka dan cinta menjadi balada-balada

Harapan memanjang seperti sungai-sungai di matamu
Tapi tidak dengan kesungguhan yang tiba-tiba merunduk
Kemudian gugur bersama kemarau

Ingin kubuatkan kaleng-kaleng puisi untukmu
Biar kerinduan tidak butuh pada perjumpaan
Biar waktu tidak butuh pada ruang
Dan biar aku hidup pada kelangkaan

Ponduk, 2013

Heranisti (III)

Sampai jumpa Hera, tak ada kesepakatan membuatmu tidur
Dalam kerasnya hatiku. Ini hanya sebuah sajak yang tiba-tiba
Bersepakat bahwa kata adalah mantra alam semesta
Dan engkau adalah asap dari kemenyan yang ku lupa

Maafkan jika rasa ini harus kusumbat dan kutambal
Bukan karena bintang-bintang yang bertebaran
Atau rembulan yang menawan
Namun garis tangan ini membuat curam yang dalam
Membuat pekat banyak pilihan 
Pilihan yang tiba-tiba kelam

Ponduk, 2013

Heranisti (IV)

Telah menjadi rahasia langit dan bumi
Tentang penciptaanmu
Tapi jika engkaulah tulang rusukku yang patah
Tinggal menunggu waktu bergetah

Ponduk, 2013

Madura terhunus musim hujan

Suatu hari ketika matahari tertegun di tubuh musim
Mendung memaksaku membuat hujan tanpa cuaca.
Bisa apa aku, selain menghitung hari pada gugur daun
Reranting yang patah dan pohon yang resah

Sebenarnya ada apa dengan musim
Yang terus menangis pada gumpalannya
Membuat kemarau terlipat cepat
Dan orang-orang berhenti berharap
Menusuk tembakau dengan keringatnya

Bukankah kesepakatan tahun pada bulan-bulan
Telah cukup adil
Membagi hari dan minggu menjadi hitungan kalender 
Di mana hujan dan kemarau bergantian
Menduduki bumi dalam garisnya sendiri

Haruskah gejala alam menjadi alasan
Menerjemahkan musim tahun ini

Lalu di manakah harus kusimpan air mata petani
Jauh di selat Madura sana.

Ponduk, 2013

Merindu belaianmu
-Bunda Maya

Tidurmu selalu membuat tidurku terjaga
Mencari mimpi yang pernah kau tanam
Jauh sebelum keputusan ini selesai
Namun ada yang janggal dalam tidurmu juga tidurku

Tidurmu selalu membuat mimpi menjadi nyata
Tidurku selalu membuat mimpi menjadi cerita

Doa apa yang kau sulam kepada tuhan
Sampai tidurmu melahirkan mimpi menjadi nyata
Bukankah tidur kita sama-sama berliur
Dan sesekali mengigau tentang waktu yang tak pernah selesai berdetak

Jika cara tidurku salah
Kenapa kau diam terperangah?

Ponduk, 2013

Mitos kelahiran

Ayah, kenapa kelahiran selalu dari rahim ibu
Dan tangis pertama pun demikian
Apa yang kau lakukan setelah malam pertama
Hingga hari kelahiranku

Kelahiran terus mencatat mitos di tubuh ibu
Menunggu jawaban kapan ayah melahirkan
Kemudian tangis pertama takkan pernah ada
Karena engkau pintar menyimpan air mata

Ayah, kenapa ibu
Harus menanggung beban Tuhan
Yang kau tumbuk di punggungku.

Ponduk, 2013

*A.S NOERUL ANAM, lahir di sungenep madura 19 mei 1991. Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Sekarang tercatat sebagai mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalajaga Yogyakarta dan nyantri di Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’arie, Yogyakarta. Jln, Parangtritis KM
Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.