Responsive Banner design
Home » » Yogyakarta krisis keamanan

Yogyakarta krisis keamanan

Tempat tinggal yang nyaman telah menjadi tujuan semua orang di dunia ini, bukan

hanya manusia hewan pun demikian saya kira. Coba kita lihat bagaimana hewan pindah-
pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ketika tempat itu telah banyak di ketahui oleh

pemburu, begitu juga manusia mencari tempat paling nyaman untuk di tempati jika tanah

kelahiran tak membuat nyaman untuk tinggal dan menjalani hidup. Adalah Yogyakarta

belakangan ini menggaung kota ternyaman untuk ditinggali, baik untuk hidup atau pun untuk

belajar. Maka tidak salah kalau Yogyakarta mendapatkan gelar kota pelajar. Namun apakah

benar kota ini memang nyaman untuk kita tinggali. Sekilas mungkin orang-orang akan

mengatakan iya, dibandingkan dengan kota-kota metropolitan seperti Jakarta dan Surabaya.

Tapi apakah semua itu bisa di pertanggung jawabkan ketika kita melihat realitas yang

sebenarnya di kota ini. Bukankah setelah tahun 2000an kota Yogyakarta ini sudah sakit dan

banyak kasus kriminal terjadi di kota ini dan kita tidak tahu kejelasan kasus tersebut.

Kita awali dari kasus premanisme yang belakangan sudah mereda kabar di media

massa dan baliho-baliho. Benarkah premanisme sudah angkat kaki dari kota pelajar ini?

Jika benar kenapa masih sering terjadi kerusuhan, pembunuhan, penembakan misterius dan

yang paling baru sekarang adalah penyerangan terhadap PT. Jogja Tugu Trans (JTT) di jalan

Wonosari, Banguntapan Bantul. Yang sampai saat ini masih belum jelas pelakunya, dan

karena apa motif penyerangan tersebut.

Dari permasalahan-permasalahan di atas apakah masih pantas kota ini di katakan kota

paling nyaman untuk di tinggali. Hal ini perlu kita kaji ulang dan menjadi koreksi bersama

baik masyarakat setempat atau Wali kota sendiri. Bukan apa-apa hanya demi kenyamanan

dan ketentraman kota Yogyakarta yang selama ini mendapat predikat kota paling nyaman

untuk di tempati, baik untuk belajar mau pun melanjutkan karier.

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.