Responsive Banner design
Home » » SAJAK-SAJAK A.S NOERUL ANAM

SAJAK-SAJAK A.S NOERUL ANAM



Heranisti (I)

Kita tak pernah membuat janji apalagi membuatnya inkar
Cuma pertemuan selalu membuat kita candu
Melayari dunia, dunia kecil yang kita sama-sama tak mengerti
Tentang gelombang yang membuat asin segara

Semua berjalan seperti sebuah takdir yang tak diharapkan
Menjumpai setiap detak jantung di berbagai pelabuhan

Kenapa ombak harus menyimpan janji pada pantai
Padahal batu-batu mengeras pada denyar senyummu

Aku tidak mau mengerus darah yang sudah lama mengental
Demi sekuntum bunga yang mekar sebentar

Biarlah aku menjadi laut yang menyimpan ikan-ikan
Dan menawarkan hidup bagi nelayan

ponduk, 2013

Heranisti (II)

Adalah waktu yang membuat resah pertemuan
Membuat ruang terlempar jauh ke masa silam
Tanpa jembatan dan segenggam alasan

Tidak ada niat aku menggantungmu
Menjadi miniatur hari esok
Cuma hembusan angin begitu cepat
Merapatkan luka dan cinta menjadi balada-balada

Harapan memanjang seperti sungai-sungai di matamu
Tapi tidak dengan kesungguhan yang tiba-tiba merunduk
Kemudian gugur bersama kemarau

Ingin kubuatkan kaleng-kaleng puisi untukmu
Biar kerinduan tidak butuh pada perjumpaan
Biar waktu tidak butuh pada ruang
Dan biar aku hidup pada kelangkaan

Ponduk, 2013

Heranisti (III)

Sampai jumpa Hera, tak ada kesepakatan membuatmu tidur
Dalam kerasnya hatiku. Ini hanya sebuah sajak yang tiba-tiba
Bersepakat bahwa kata adalah mantra alam semesta
Dan engkau adalah asap dari kemenyan yang ku lupa

Maafkan jika rasa ini harus kusumbat dan kutambal
Bukan karena bintang-bintang yang bertebaran
Atau rembulan yang menawan
Namun garis tangan ini membuat curam yang dalam
Membuat pekat banyak pilihan 
Pilihan yang tiba-tiba kelam

Ponduk, 2013

Heranisti (IV)

Telah menjadi rahasia langit dan bumi
Tentang penciptaanmu
Tapi jika engkaulah tulang rusukku yang patah
Tinggal menunggu waktu bergetah

Ponduk, 2013

Madura terhunus musim hujan

Suatu hari ketika matahari tertegun di tubuh musim
Mendung memaksaku membuat hujan tanpa cuaca.
Bisa apa aku, selain menghitung hari pada gugur daun
Reranting yang patah dan pohon yang resah

Sebenarnya ada apa dengan musim
Yang terus menangis pada gumpalannya
Membuat kemarau terlipat cepat
Dan orang-orang berhenti berharap
Menusuk tembakau dengan keringatnya

Bukankah kesepakatan tahun pada bulan-bulan
Telah cukup adil
Membagi hari dan minggu menjadi hitungan kalender 
Di mana hujan dan kemarau bergantian
Menduduki bumi dalam garisnya sendiri

Haruskah gejala alam menjadi alasan
Menerjemahkan musim tahun ini

Lalu di manakah harus kusimpan air mata petani
Jauh di selat Madura sana.

Ponduk, 2013

Merindu belaianmu
-Bunda Maya

Tidurmu selalu membuat tidurku terjaga
Mencari mimpi yang pernah kau tanam
Jauh sebelum keputusan ini selesai
Namun ada yang janggal dalam tidurmu juga tidurku

Tidurmu selalu membuat mimpi menjadi nyata
Tidurku selalu membuat mimpi menjadi cerita

Doa apa yang kau sulam kepada tuhan
Sampai tidurmu melahirkan mimpi menjadi nyata
Bukankah tidur kita sama-sama berliur
Dan sesekali mengigau tentang waktu yang tak pernah selesai berdetak

Jika cara tidurku salah
Kenapa kau diam terperangah?

Ponduk, 2013

Mitos kelahiran

Ayah, kenapa kelahiran selalu dari rahim ibu
Dan tangis pertama pun demikian
Apa yang kau lakukan setelah malam pertama
Hingga hari kelahiranku

Kelahiran terus mencatat mitos di tubuh ibu
Menunggu jawaban kapan ayah melahirkan
Kemudian tangis pertama takkan pernah ada
Karena engkau pintar menyimpan air mata

Ayah, kenapa ibu
Harus menanggung beban Tuhan
Yang kau tumbuk di punggungku.

Ponduk, 2013

*A.S NOERUL ANAM, lahir di sungenep madura 19 mei 1991. Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Sekarang tercatat sebagai mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalajaga Yogyakarta dan nyantri di Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asy’arie, Yogyakarta. Jln, Parangtritis KM

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.