Responsive Banner design
Home » » Sepotong Sore Bagi Ricardo

Sepotong Sore Bagi Ricardo



Sore itu, entah sore yang keberapa Nuri mengajakku makan. Tidak biasanya, karena Nuri yang harus menjemputku ke kos. Biasanya aku yang menjemputnya, tapi sore itu dia datang ke kos dengan wajah yang tak biasa pula, dia begitu cantik dan anggun. Bahagia sekali hatiku melihatnya seperti itu, kenapa baru sekarang kau berdandan seperti itu kanapa tidak dari dulu, unkapku dalam hati.
“Ricardo, ayo cepat mandi dan jangan lupa pakek parfum” Nuri kelihatannya tidak sabar berlama-lama di kos dan ingin segera ke rumah makan, mungkin dia lapar atau mungkin gak betah di kos karena udaranya pengap dan biasa kosan cowok agak berantakan gitu.
“Sebentar sayang, sabar gak usah keburu gitu, aku mau dandan yang tampan dulu biar nanti kau melihatnya beda dengan yang biasanya”.
“sayang sayang sejak kapan kita bilang sayang-sayangan” Nuri, menyahutku dengan sahutan yang agak manyon gitu.
“haha ya sejak sekarang biar hubungan kita semakin langgeng gitu”
“sudahlah Ricardo ayo cepat, aku laper nih”
“ok ok, ayo kita berangkat, jalan kaki aja ya, biar keliahatan mesra gitu” ungkapku agak merayu, padahal itu semacam apologiku biar gak usah pinjam motor, malu tiap kencan harus pinjam motor terus. 
Sore itu memang sore yang sangat indah bagiku, aku terus menatap wajahnya bahkan dalam perjalan itu aku tak pernah melihat kedepan atau sesekali melihat kejalanan yang penuh dengan papan iklan. Aku pun tak peduli dengan bising kendaraan yang memenuhi telingaku, yang penting sore ini aku makan dengan Nuri, cewek yang sejak pertama kali aku incar mulai dari awal masuk di salah satu perguruan tinggi di Yoyakarta ini.
Oh Tuhan, terima kasih atas pemberian rahmatmu yang begitu indah pada hari ulang tahunku ini, meskipun aku jarang solat dan berdoa tapi pada hari ini aku bersaksi atas pohon-pohon yang berjajar rapi ini bahwa karena kuasamulah yang telah membuat hari ini begitu indah. Ungkapku dalam hati menyukuri rahmat yang telah diberikan Tuhan pada hari itu berupa makan bersama cewekku tercinta Nuri alias Siti Khadijah Zanuri.
“Ricardo”
“iy Nur, kenapa” sahutku dengan senyum mengembang di bibir.
“selamat ulang tahun ya, semoga panjang umur”
“amin, terima kasih banyak ya”
“iya, sama-sama”
“Ricardo” Nuri memanggilku lagi, seakan ada sesuatu yang pengin dia katakana, entah.
“iya Nur, kenapa? Sahutku, aku berharap dia ngasih hadiah yang paling aku harapkan yaitu buku sejarah filsafat karangan Betrand Rossel. Karena dari dulu aku ngebet banget pengin punya buku tersebut, maklumlah jurusanku kan Filsafat Agama, jadi buku itu adalah buku wajib untuk kumiliki.
“Ricardo, di hari ulang tahunmu ini aku pengin bilang sesuatu dan mohon maaf jika hal itu nanti tidak berkenan di hatimu”
“bilang aja Nur, apa yang ingin kau katakana padaku” aku pun memasang kedua telingaku dan sudah siap menjawabnya meski Nuri ngajak kawin sekalipun tak masalah.
 “Ricardo, mungkin ini terakhir kita makan bareng dan jalan bareng. Kebelakang tidak ada makan bareng dan jalan bareng lagi”. Nuri mengeluarkan kata-kata itu dengan tetesan air mata, seakan sangat berat rasanya hal itu dia ungkapkan.
“emang kenapa Nur, apa ada yang salah dengan hubungan kita?” tanyaku penasaran.
“tidak apa-apa Ricardo”
“terus kamu mau kemana?”
“tidak mau kemana-mana”
“lalu, Maksud kamu….” Belum selesai aku menuntaskan kata-kataku Nuri menjawabnya dengan tegas.
“iya maksudku kita putus”
Aku pun tak sanggup untuk berkata-kata, kepalaku serasa berisi ribuan ton beras dan ribuan karung barang-barang bekas. Kecerdasanku turun 90%, rambutku yang kriting seakan-akan lurus bak direbonding.
Semuanya telah menjadi fatamorgana, aku serasa tidak lagi hidup di pelanet yang bernama bumi ini. Aku ingin berteriak tapi apalah daya semua telah berakhir pada suatu sore yang begitu indah. Nuri pun pergi, warung makan itu seperti kota mati yang tak berpenghuni.
“Ricardo, duluan ya” ungkapnya sebelum langkah kakinya membuat getaran yang begitu dahsyat di dadaku.
Tak sanggup aku menjawabnya meski hanya bilang sepatah kata “iya”.
Selamat tinggal sore yang begitu indah, dan selamat tinggal Tuhan yang maha pengasih dan penyayang, atas rahmatmulah di hari ulang tahunku ini Nuri kekasihku mengajak makan dan mengajakku untuk tidak lagi berhubungan.

*Nurul Anam, Santri Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, KUTUB Yogyakarta. Jl parangtritis km 7,5 Cabean Sewon Bantul.
Kontak: 081939025270  

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.