Responsive Banner design
Home » » SAJAK-SAJAK AYU SITOHANG

SAJAK-SAJAK AYU SITOHANG




Alungkologi

Yang tercipta dari tulang rusukmu
Telah menjadi kumpulan daging
Dan tulang belulang
Tak ada rasa, apalagi jiwa-jiwa
Yang ada hanyalah kumpulan luka
Memahat sebuah peristiwa
Dahulu kala

2014

Kosmos

Tuhan, apakah gaduh dalam jiwa
Harus selalu menjadi bait dan kata-kata
Atau sunyi dalam diri
Harus selalu menjadi puisi?

Tolong jelaskan pada diri
Diri yang selalu iri
Pada setiap mimpi dalam tubuh ini

Bukan karena mimpi adalah kembang halusinasi
Atau puncak kesunyatan hidup ini
Tapi jelaskan pada diri
Tentang misteri kosmos
Dan penciptaan awal mula
Sebab aku percaya
Engkaulah biang keladinya

2014

Iluminasi

Mendekatlah wahai cahaya
Jangan malu-malu
Ini jiwa telah lama merindu

Telah banyak kegelapan melanda
Meredupkan alam mayapada

Mendekatlah
Kecup jiwa-jiwa
Katakan pada bunga dan satwa
Ini cinta kekasih pada yang terkasih
Telah menjadi buta

2014

Epitaf

Lipatlah segala yang pernah ada
Kemudian tutup dan jangan lagi dibuka
Sebuah peta telah menggaris takdirnya sendiri
Pelayaran hanyalah imajinasi
Petualang yang kehilangan arti

Tak ada harapan untuk esok
Atau kenangan untuk di kenang
Semua itu telah menjadi puisi
Puisi yang tak bisa ditafsiri

Maka lihatlah matahari
Di malam hari
Begitu teduhnya dia
Memancarkan cahaya
Tak ada cerita duka
Atau harapan yang hampa
Bintang rembulan berdampingan bahagia

2014

Pertemuan

Sebelum kepulangan
Ada pertemuan
Tanggal di meja makan
Lalu menghilang bersama ruang
Rindu kembali tumbang

2014

Kepada Ayah

Ayah, kabarkan kepada matahari
Yang kau sulut tiap hari
Bahwa keberangkatan ini
Adalah kepulangan yang tertunda

Lalu katakana kepada ibu
Bahwa kota takkan pernah merubah
Jalan yang kau buat dulu
Dadaku telah membatu
Mengeras bagai lipatan waktu yang buntu

Ayah, kabarkan kepada matahari
Bahwa hidup telah menjadi duri
Pada setiap diri
Maka kupersembahkan darah ini
Menjadi tumpukan bait-bait puisi

2014

O ruang dan waktu

O ruang dan waktu
Adakah yang lebih mustahil dari engkau?
Ingin kulepas dari bayang-bayangmu
Dan hidup di batas antara
Surga dan Neraka

Dunia ini hanyalah pelabuhan duka nestapa
Bagi manusia
Maka lepaskanlah aku
Bebaskan dari segala ruang dan waktumu

Tuntun aku pada jalannya
Jalan yang tak berujung
Juga tak berlubang

Tataplah mataku
Baca setiap tetes air mata
Genangannya cukup membuat ombak membabi buta
Menggetarkan hati dunia

2014

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.