Responsive Banner design
Home » » Kutub; Antara Money Politik dan Keikhlasan

Kutub; Antara Money Politik dan Keikhlasan



Barangkali sudah menjadi perkara wajib, jika suasana pemilu tidak bisa terhindar dari praktek money politik. Masyarakat sepertinya sudah meyakini betul praktek money politik ini akan menjadi budaya setiap pemilihan pemimpin berlangsung, baik itu sekala pemimpin akar rumput apalagi pemilihan pemimpin Negara, yaitu presiden.
Praktek money politik di Negara ini sudah terjadi pada masa lalu, pada era orde baru saat budaya materealisme-utilitarianisme merebak dan menunjukkan bahwa uang adalah sumber tertinggi dari kekuasaan. Saat itu pula bias uang sangat memiliki pengaruh, semacam memperjelas persektif bahwa barang siapa yang memiliki uang ia yang berkuasa. Nicola Machivelli seorang ahli politik asal Italia abad XV ini pernah menulis bahwa untuk mencapai kekuasaan, segala cara dapat dilakukan. Will to power atau kehendak menguasai the other salah satunya adalah dengan uang.
Budaya money politik pun berlanjut hingga di komonitas-komonitas, seperti belakangan yang lagi booming di daerah Jl. Parangtitis km 7,5 Cabeyan Sewon Bantul Yogyakarta. Adalah komonitas KUTUB yang tidak mau kalah dengan pilkada Jakarta 2017, mereka para BALON ketua sudah mulai gencar kampanye di berbagai warung kopi. Kawasan Pincuk di dominasi oleh Partai Musawarah Burung-burung (PMBB) yang di komandani langsung oleh Maulana Syeok Ashah Atalka. Partai ini mengusung BALON saudara Ainul Amien, seorang sejarawan muda yang juga aktif di berbagai kegiatan sosial dll. Terakhir beliau menjabat sebagai mentri perfutsalan Kutub dan bisa dibilang perfutsalan di Kutub cukup berkembang pada masanya.
Dari partai Partai Bara Indonesia (PBI) mengusung calon Ahmad Faridatul Hachi beliau cukup loyal dari bidang ekonomi, sebab latar belakang pendidikan beliau dari jurusan Ekonomi pembangunan. Kawasan Bara Cafe menjadi area dari politiknya, dan ini yang paling ditakuti oleh para calon yang lain sebab beliau tidak akan segan-segan mengeluarkan sedikit uangnya untuk sekedar gorengan dan Djarum Super. Ada satu lagi calon yang cukup berbahaya pada pilkada kali ini, yaitu saudara Mohammad Ali Tsabit Kecil, semangatnya yang menggebu-gebu dan darah juangnya yang membara membuat para lawan politiknya cukup keteteran, itu beliau buktikan ketika masih kuliah dulu, ngontel sejauh 15 km setiap hari dia lakukan bahkan sampai lulus. Sungguh calon yang ini calon yang sangat kuat dalam hal tabah dan kesabaran.
Para pengamat politik seperti Muchlas J Samorano, Khairul Mufid JR memprediksi pemilihan ini akan berjalan begitu ketat dan mereka berdua berharap kalau pun harus melakukan praktek money politik yang penting sehat, sebab masyarakat Kutub belakangan kekurangan fitamin. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat Kutub menentukan siapa yang akan mereka pilih dan siap membawa Kutub berjaya di laut dan udara.

Estohank, pengamat politik Kutub Yogyakarta.



0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.