Responsive Banner design
Home » » Puisi Khairul Anam

Puisi Khairul Anam




Goze

Kau memetik sebuah lagu
Dari rumah ke rumah
Pada musim ke musim

Ketika salju turun
Ketika musim gugur datang
Hidup hanya bertaruh pada
Iba seseorang

Tak ada siang
Tak ada malam
Semua gelap
Dan di dalam kegegelapan
Yang kau tahu
Hanya panas dan dingin
Selebihnya sama saja

Jalan terus memanjang
Sebab tak ada tujuan
Yang kau bangun
Seperti arus sungai
Yang terus mengalir
Ke hilir ke hilir

2016

Goze, sebutan bagi para pengamen buta di Jepang bagian utara dan semuanya adalah wanita.

Aoleng

Seperti kenangan
Hidup hanyalah ulangan

Seperti kata orang-orang postmo
Kita akan kembali
Di mana Agama di perjual-belikan
Bak sayur di pasaran

Dan peradaban akan bergerak bebas
Seperti burung terbang dari sangkarnya

Kita akan melihat anak-anak muda yang canggih
Keluar masuk di mall
Sedang Masjid, Gereja, dan Vihara
Menjadi tempat paling sakral
Yang hanya dikunjungi
Kakek-nenek jompo

Seperti kenangan
Hidup hanyalah hal lain dari Tuhan

2016

Roka

Mengenangmu
Seperti mengingat kematian
Di mana hanya aku dan Tuhan
Yang tahu
Bagaimana dinginnya
Bagaimana sakitnya

Detik-detik itu adalah detik paling romantis
Di mana malaikat menjatuhkan waktu di tubuhku
Dan orang-orang berhambur
Menjatuhkan air matanya
Melantunkan doa-doa

Begitulah mengenangmu
Dan berhala-berhala tentangmu

Maka tak ada kesedihan di wajahku
Ketika kau benar-benar pergi
Dan tak akan kembali

2016

Komeng

Tak ada yang lebih indah
Dari perjumpaan denganmu

Hari-hariku habis di tanah rantau
Dan kau tahu
Rantau adalah tempat orang-orang kalah
Tempat bagi para pecundang
Yang pergi meninggalkan tradisi

Aku bukan Gabril Marcel
Yang Homo Viator
Aku juga bukan Ernst Bloch
Yang punya pengharapan

Aku hanyalah pejalan
Yang lupa jalan pulang

2016

Sapsepne

Kita tak ubahnya kumbang
Yang terbang mencari sekuntum bunga

Bunga adalah harapan
Dalam setiap perjalanan
Seperti para pelancong
Yang mengagumi ini-itu
Dan ingin memilikinya

Tapi kau lebih dulu pulang
Dan memetik bunga-bunga
Meski tanganmu berdarah
Namun darah bukti bahwa kau bukan pengecut

Aku masih ingin terbang
Dari taman ke taman
Memandangi bunga-bunga yang mekar
Hingga tak kulihat lagi
Bunga-bunga tumbuh di taman
Dan hanya tumbuh di dadaku

2016

Jintomo

Hanya aku, kamu dan kita yang tahu
Bahwa doa-doa itu
Bukan mantra
Yang bisa menaklukkan hati wanita

Busa di mulutmu
Sampah bagiku

Kuburan nenek moyang
Sering kau kunjungi
Tengah malam
Saat jangkrik-jangkrik bernyanyi riang
Memanjatkan puja-puji pada Tuhan

Untuk apa?
Bukankah cinta
Hanya terpaku pada logam dan kertas
Selebihnya nonsense

Hanya aku, kamu dan kita yang tahu
Bahwa doa-doa itu
Ilusi panjang anak muda
Menaklukkan hati wanita

2016

Ichi

Bagaimana mungkin kita menjadi satu
Bila waktu menjadi jarak yang paling jauh
Tuk kita tempuh
Waktu adalah mahluk yang terlepas dari segala rumus
Di dunia ini
Sedang kita adalah rumus itu sendiri

Berbagai ruang telah kita lahirkan
Bahkan yang transenden sekalipun telah selesai kita rengkuh
Namun perjumpaan tetap saja rapuh

Kita selalu ingin menjadi satu
seperti kopi dan gula, mimpi dan nyata
beraduk dalam satu ruang
pecah lalu menghilang

bagaimana mungkin kita menjadi satu
bila dua tetap canggung dan ragu
cukuplah kita menjadi bilangan angka-angka
pelajaran anak-anak TK

2016

Si Bocha

Kita terbiasa memakainya tanpa kacamata
Apalagi dengan masker dan helm
Kita membiarkan dia telanjang
Menekuri tubuh jalan

Kini setelah malam melanda
Gelap menyulut mata
Kau menabraknya tiba-tiba
Patmasuri jawabannya

Apa jalan itu melengkung
Atau pengguna jalan yang linglung
Sampai darah menjadi untung

Sudah kukeluarkan sisa kertas di dadaku
Kau tetap saja menggerutu
Tidakkah kau juga berpikir
Tentang nasib dan takdir
Mengalir bagai air
Dan tuhanlah yang mensinyalir

2016

Rindu memanjang ketubuhmu

Bayangkan, bayangmu menyatu dengan bayangku
Lalu menyatulah dengan benar-benar menyatu
Lupakan segala yang pernah ada
Keberadaanmu telah menjadi ketiadaan itu sendiri
Terbanglah, kau akan temukan keraguan
Masalalu di dadamu
Temukan aku dalam bayangmu
Lalu katakan sesuatu, apapun itu
Kita akan menjadi sebuah partikel
Dalam rumus X kuadrat
Dan menjadi angka-angka
Dalam mimpi dan nyata

Cepatlah sebelum pecahan cahaya menyilaukanmu
Telah kulebarkan dadaku
Dan kuhangatkan tubuhku
Telah begitu lama kekosongan ini melanda
Bahkan sejak hidup itu bermula
Jangan risau
Tak ada yang tersimpan dariku                                            
Kecuali rindu yang memanjang ke tubuhmu

2016

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.