Goze
Kau memetik sebuah lagu
Dari rumah ke rumah
Pada musim ke musim
Ketika salju turun
Ketika musim gugur datang
Hidup hanya bertaruh pada
Iba seseorang
Tak ada siang
Tak ada malam
Semua gelap
Dan di dalam kegegelapan
Yang kau tahu
Hanya panas dan dingin
Selebihnya sama saja
Jalan terus memanjang
Sebab tak ada tujuan
Yang kau bangun
Seperti arus sungai
Yang terus mengalir
Ke hilir ke hilir
2016
Goze, sebutan bagi para
pengamen buta di Jepang bagian utara dan semuanya adalah wanita.
Aoleng
Seperti kenangan
Hidup hanyalah ulangan
Seperti kata orang-orang postmo
Kita akan kembali
Di mana Agama di perjual-belikan
Bak sayur di pasaran
Dan peradaban akan bergerak bebas
Seperti burung terbang dari sangkarnya
Kita akan melihat anak-anak muda yang canggih
Keluar masuk di mall
Sedang Masjid, Gereja, dan Vihara
Menjadi tempat paling sakral
Yang hanya dikunjungi
Kakek-nenek jompo
Seperti kenangan
Hidup hanyalah hal lain dari Tuhan
2016
Roka
Mengenangmu
Seperti
mengingat kematian
Di mana hanya
aku dan Tuhan
Yang tahu
Bagaimana
dinginnya
Bagaimana
sakitnya
Detik-detik
itu adalah detik paling romantis
Di mana malaikat
menjatuhkan waktu di tubuhku
Dan
orang-orang berhambur
Menjatuhkan
air matanya
Melantunkan
doa-doa
Begitulah
mengenangmu
Dan
berhala-berhala tentangmu
Maka tak ada
kesedihan di wajahku
Ketika kau
benar-benar pergi
Dan tak akan
kembali
2016
Komeng
Tak ada yang
lebih indah
Dari
perjumpaan denganmu
Hari-hariku
habis di tanah rantau
Dan kau tahu
Rantau adalah
tempat orang-orang kalah
Tempat bagi
para pecundang
Yang pergi
meninggalkan tradisi
Aku bukan
Gabril Marcel
Yang Homo
Viator
Aku juga bukan
Ernst Bloch
Yang punya
pengharapan
Aku hanyalah
pejalan
Yang lupa
jalan pulang
2016
Sapsepne
Kita tak ubahnya
kumbang
Yang terbang
mencari sekuntum bunga
Bunga adalah
harapan
Dalam setiap
perjalanan
Seperti para
pelancong
Yang mengagumi
ini-itu
Dan ingin
memilikinya
Tapi kau lebih
dulu pulang
Dan memetik
bunga-bunga
Meski tanganmu
berdarah
Namun darah
bukti bahwa kau bukan pengecut
Aku masih
ingin terbang
Dari taman ke
taman
Memandangi
bunga-bunga yang mekar
Hingga tak
kulihat lagi
Bunga-bunga
tumbuh di taman
Dan hanya
tumbuh di dadaku
2016
Jintomo
Hanya aku,
kamu dan kita yang tahu
Bahwa doa-doa itu
Bukan mantra
Yang bisa
menaklukkan hati wanita
Busa di
mulutmu
Sampah bagiku
Kuburan nenek
moyang
Sering kau
kunjungi
Tengah malam
Saat
jangkrik-jangkrik bernyanyi riang
Memanjatkan
puja-puji pada Tuhan
Untuk apa?
Bukankah cinta
Hanya terpaku
pada logam dan kertas
Selebihnya
nonsense
Hanya aku,
kamu dan kita yang tahu
Bahwa doa-doa
itu
Ilusi panjang
anak muda
Menaklukkan
hati wanita
2016
Ichi
Bagaimana mungkin kita menjadi
satu
Bila waktu menjadi jarak yang
paling jauh
Tuk kita tempuh
Waktu adalah mahluk yang terlepas
dari segala rumus
Di dunia ini
Sedang kita adalah rumus itu
sendiri
Berbagai ruang telah kita
lahirkan
Bahkan yang transenden sekalipun
telah selesai kita rengkuh
Namun perjumpaan tetap saja rapuh
Kita selalu ingin menjadi satu
seperti kopi dan gula, mimpi dan
nyata
beraduk dalam satu ruang
pecah lalu menghilang
bagaimana mungkin kita menjadi
satu
bila dua tetap canggung dan ragu
cukuplah kita menjadi bilangan
angka-angka
pelajaran anak-anak TK
2016
Si Bocha
Kita terbiasa memakainya tanpa
kacamata
Apalagi dengan masker dan helm
Kita membiarkan dia telanjang
Menekuri tubuh jalan
Kini setelah malam melanda
Gelap menyulut mata
Kau menabraknya tiba-tiba
Patmasuri jawabannya
Apa jalan itu melengkung
Atau pengguna jalan yang linglung
Sampai darah menjadi untung
Sudah kukeluarkan sisa kertas di
dadaku
Kau tetap saja menggerutu
Tidakkah kau juga berpikir
Tentang nasib dan takdir
Mengalir bagai air
Dan tuhanlah yang mensinyalir
2016
Rindu memanjang ketubuhmu
Bayangkan, bayangmu menyatu dengan bayangku
Lalu menyatulah dengan benar-benar menyatu
Lupakan segala yang pernah ada
Keberadaanmu telah menjadi ketiadaan itu sendiri
Terbanglah, kau akan temukan keraguan
Masalalu di dadamu
Temukan aku dalam bayangmu
Lalu katakan sesuatu, apapun itu
Kita akan menjadi sebuah partikel
Dalam rumus X kuadrat
Dan menjadi angka-angka
Dalam mimpi dan nyata
Cepatlah sebelum pecahan cahaya menyilaukanmu
Telah kulebarkan dadaku
Dan kuhangatkan tubuhku
Telah begitu lama kekosongan ini melanda
Bahkan sejak hidup itu bermula
Jangan risau
Tak ada yang tersimpan dariku
Kecuali rindu yang memanjang ke tubuhmu
2016
0 komentar:
Posting Komentar