Beberapa
hari yang lalu, Sub Direktorat III, Ditreskrimum Polda DIY menangkap lima
tersangka dalam kasus bisnis prostitusi online.
Kelima pelaku tersebut mempunyai akun yang aktif di grup sexs di situs jejaring
sosial facebook, serta kelimanya
bertindak sebagai mucikari, admin sekaligus sebagai pemilik grup seks. Kasus
ini sudah di tangani oleh polda DIY dan kelimanya telah mendekam di balik
jeruji besi.
Kabar tersebut
membuat cedera kota ini yang notabene di kenal sebagai kota pelajar. Dan saya
kira kasus ini adalah kasus serius dan harus segera di tindak lanjuti. Di mana
bisnis yang belakangan ini berkembang menawarkan barang-barang (PSK) yang masih
abu-abu dan ada juga yang masih di bawah umur. Bukankah mereka masih dalam masa
pendidikan? lalu apa yang salah dengan pendidikan di kota ini?
Anak
muda yang di bentuk oleh sistem pendidikan ternyata malah kalah dengan budaya
yang berkembang sangat pesat belakangan. Budaya yang orang-orang barat koarkan
kini telah menyentuh kelubuk anak muda di kota ini. budaya tersebut adalah
budaya konsumerisme, di mana manusia di tuntut untuk membeli barang-barang yang
serba modern dan itu bukan karena kebutuhan semata namun karena tuntutan dan
pergaulan.
Dari
kegalauan-kegalauan anak-anak muda tersebut, maka datanglah para mucikari untuk
menawarkan jasa pekerjaan yang tidak harus menguras keringat dan banting
tulang, tapi hasil dari pekerjaan tersebut sangat besar. Itu yang membuat para
pelajar rela menjajakan tubuhnya kepada para lelaki hidup belang melalui bisnis
online.
Pergaulan
Kasus
prostitusi online yang terjadi
belakangan ini di dominasi oleh kalangan anak muda, yang masih
semangat-semangatnya belajar. Namun pendidikan yang dalam eksistensinya
mencetak manusia yang berintelektual tinggi dan beretika, kini telah keluar
dari cita-cita tersebut. Hal itu tak lepas dari perkembangan teknologi dan
pergaulan bebas. Jadi anak muda dianggap ketinggalan bila mereka tidak
mengikuti tren masa kini, padahal pendapatan orang tua hanya cukup untuk biaya
sekolah dan hidup sehari-hari. Maka dari itu banyak kalangan anak muda untuk
memenuhi kebutuhan tersebut menghalalkan segala cara, salah satunya dengan
menjual diri.
Psikolog
Universitas Sanata Darma Yogyakarta, Siswa Widyatmoko menduga ada kaitannya
antara pergaulan dengan penyebab para anak-anak muda memilih masuk ke dalam
bisnis prostitusi. Menurut beliau keinginan untuk dapat di terima oleh
lingkungan pertemanan dengan tampil modis cenderung membuat remaja untuk
melakukan berbagai hal. Dan salah satu cara paling mudah adalah dengan menjual
diri dan masuk ke dalam bisnis prostitusi online.
Mereka
(anak muda) beranggapan bisnis ini adalah pekerjaan yang mudah dan instan. Ada
juga yang karena broken heart
sehingga sebagai bentuk protes kepada kedua orangtua, mereka melakukan itu
karena relasi dalam keluarga renggang. Maka sebagai bentuk perlawanan, mereka
melakukan tindakan itu.
Berbeda
dengan Sosiolog Kriminal UGM Soeprapto mengatakan perkembangan teknologi
informasi saat ini telah membuka banyak jalan untuk melakukan transaksi antara
penyedia jasa dan orang yang membutuhkannya. Tanpa harus repot-repot bertemu,
perjanjian dan kesepakatan bisa terjadi (Harjo: 26 Mei 2014).
Dari
sini peran keluarga sangat efektif untuk mencegah terjadinya prostitusi di
kalangan anak muda, khususnya yang masih berada di bangku sekolah. Juga
bagaimana keluarga memperhatikan sikap dan pergaulan anak.
0 komentar:
Posting Komentar