Responsive Banner design
Home » » Ketika Cinta Berbicara

Ketika Cinta Berbicara



Judul               : Morning Gloria
Penulis             : Devi Eka
Cetakan           : April, 2014
Penerbit           : de TEENS
Tebal               : CXXVI+310 halaman
Peresensi         : Nurul Anam*

Tidak salah memang, jika anak muda mengatakan kalau cinta itu buta dan tidak punya mata. Sebab semua itu telah mereka alami, bagaimana cinta membuat mereka buta. Demi cinta apapun akan mereka lakukan, bahkan banyak di kalangan anak muda yang rela meninggalkan rumah dan orang tuanya, semua itu demi cinta. Memang cinta bukan segala-galanya tapi segala-galanya tidak bisa hidup tanpa cinta.
Hal ini sama dengan yang di alami Gloria, bagaimana Gloria menjadi tidak berdaya ketika berhadapan dengan makhluk halus yang oleh sejarah manusia di beri nama cinta. Gloria adalah gadis yang sangat membenci senja. Baginya, senja hanya akan memadamkan semua harapannya. Namun, kini lelaki senja hadir dan menelusup masuk ke dalam hatinya. Gloria pun tidak berdaya dengan semua itu, dan mau tidak mau Gloria akhirnya takluk dan berbalik menyukai senja, semua karena cinta.
Ini juga yang terjadi pada Avond, seorang lelaki yang sangat mencintai masa lalunya. segenggam cinta yang tak tersampaikan. sebongkah rindu yang tak pernah usai. semua itu terjadi ketika senja menampakkan wajahnya. dan itu yang membuat Avond sangat mencintai senja dan tidak suka terhadap fajar. Tapi, itu dulu, sebelum gadis fajar itu muncul di hadapannya. Bukankah semua itu karena cinta!
Kebencian Gloria terhadap Senja, sama halnya dengan kebencian Avond terhadap fajar. Mereka berdua begitu emoh ketika harus memperbincangkan fajar dan senja. bagi mereka senja dan fajar adalah dua permukaan yang tidak mempunyai keterkaitan. Padahal senja dan fajar adalah dua kutub yang salaing berhubungan  dan keduanya tidak bisa di pisahkan. Tapi kebencian terhadap senja dan fajar itu dulu sebelum ruang dan waktu mempertemukan mereka di perpustakaan salah satu perguruan tinggi di Belanda, tepatnya di Universitas Leiden (hal: 14).
Dari pertemuan itu sebuah bibit cinta tumbuh, padahal mereka berdua tak pernah menanam sebelumnya. Hanya karena pertemuan yang sangat sebentar itu mereka berdua menjadi lupa akan sesuatu yang membuat mereka membenci senja atau fajar. Mereka hanyut dalam buaian asmara, rindu dan kasih sayang. Dengan cinta tak ada lagi yang harus di benci, tak ada lagi definisi kalau senja hanyalah perenggut gelak tawa dan begitu sebaliknya dengan fajar, dia bukan hanya awal permulaan kehidupan namun awal dari segala cinta mereka.
Siapa yang menyangka kalau pada akhirnya mereka harus mengakui kalau kekuatan cinta bisa menghancurkan apa saja, termasuk terhadap senja dan fajar. Kisah gadis fajar dan laki-laki senja yang Devi Eka kemas menjadi sebuah novel ini sangat menarik untuk kita baca. Bagaimana kekuatan cinta bisa merubah kebencian menjadi sesuatu yang sangat mereka sukai pada akhirnya.
*Nurul Anam, Mahasiswa Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta             

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.