Responsive Banner design
Home » » Sajak-Sajak Alunk Estohank

Sajak-Sajak Alunk Estohank

Ini Nyata atau Khayal

Sebenarnya ini nyata atau khayal
hidup atau mati
surga apa neraka
jalan-jalan penuh teriakan mesin
siang dan malam

hidup menjadi asing
di negeri sendiri
aku merasa terbuang
ke ribuan tahun silam
di mana manusia masih berebut makanan
ketimbang pakaian
pohon-pohon masih menjulang
rumput-rumput berkeliaran
matahari datang dengan damai dan tenang

tapi saat ini
detik ini
semua telah menjadi-jadi
dunia telah di tangan
manusia hidup dalam angan-angan

2015

Potret Anak Rantau

-untuk teman-teman Kutub
Setiap pagi dan sore hari
kutemui wajah-wajah ranum bersungging sepi
seakan ada yang mereka hadapkan dari mimpi
yang bersemayam dalam diri

begitulah hari-hari bermula di mata mereka
kota-kota tua yang selalu menyala
adalah harapan mereka meninggalkan desa
berbekal peluh dan air mata

entah ini pagi dan sore ke berapa
mereka menatap langit dan bumi
kota-kota tua
masih setia memeram mimpi dan rahasia

2015

Sabda diri
Pada langit yang menumbuhkan cahaya
dan bumi yang menghidupkan segalanya
aku tengadahkan kepalaku
bulan, bintang, dan galaksi-galaksi
mengelilingi mataku
lalu aku paham
bahwa hidup ini adalah putaran dari benda-benda langit itu

kemudian untyuk apa kita berlari
mencari sesuatu yang tak pasti
bila hidup adalah misteri langit dan bumi

kita tak hendak mencari apa-apa
sebab yang kita cari adalah diri kita sendiri
hanya saja kita lupa
tentang sabda Zarathustra
yang membuat Nietzsche gila

2015


Kita Telah Begitu Lama

Kita telah begitu lama berdiri di sini
menunggu matahari
menjatuhkan musim ke pundakku
kelak jika daun-daun gugur
kan kubuat hujan dari mataku

tapi matahari tak mau berhenti
dan musim membuat hujan sendiri
sampai kota-kota kehabisan dermaga
menampung tetes air mata

kita telah begitu lama berdiri di sini
menunggui musim dan matahari
menggelinding ke tubir hari

kita telah begitu lama berdiri
sampai tak tahu bagaimana berbaris yang rapi
seperti dasi para politikus negeri ini

2015

dimuat di Pikiran Rakyat

0 komentar:

Posting Komentar

Mpu Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.